Laman

Kamis, 14 Januari 2010

seorang anak bertahan untuk hidup

Namaku adalah David. Umurku 6 tahun. Aku anak terakhir dari tiga bersaudara. Nama ibuku adalah lucida, sedangkan ayahku bernama martin. Aku mempunyai dua kakak laki-laki, yang pertama bernama ariel dan yang kedua bernama Darren. Kami adalah keluarga yang sangat bahagia. Jarang sekali ada petengkaran di dalam rumah. Ayah dan ibuku sangat akur sekali. Setiap kami pergi ke sekolah, ibu selalu menyiapkan sarapan pagi untuk ku dan kedua kakak ku. Aku sangat bahagia mempunyai keluarga seperti mereka.

Pada suatu hari, entah mengapa ibuku berubah sikap. Ia sangat pemarah dan suka sekali mabuk. Ia juga sering bertengkar pada ayah. Kami juga sering kali jadi pelampiasan kemarahan ibu. Ibu juga tidak pernah lagi menyiapkan sarapan ketika kami akan berangkat ke sekolah. Hari demi hari kita lewati, perubahan sikap ibu makin bertambah. Kami sampai tidak bisa mengenali sosok ibu yang dulu. Ibu yang lemah lembut, ibu yang selalu berpakain rapih, ibu yang sangat menyayangi keluarganya. Karena ayah tidak tahan lagi dengan sikap ibu, akhirnya ayah pergi meninggalkan rumah dan kami. Dan ibu pun tidak menahan ayah untuk tidak pergi dari rumah, ibu malah membiarkan ayah pergi,malah menyuruhnya untuk pergi dari rumah. Tapi herannya kenapa selalu aku yang kerap kali menjadi pelampiasan kemarahan ibu. Dan kakak-kakak ku tidak ada yang mau menolong ku.

Suatu saat , setelah aku pulang sekolah ibu menyuruh ku untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Tanpa dibantu oleh siapa pun.kata ibu “ jika kamu ingin mendapatkan makan siang mu, kamu harus menyelesaikan pekerjaan mu dulu”. Maka aku menuruti semua perintah ibu. Setiap hari aku diperlakukan seperti itu oleh ibu. Bahkan ibu pernah menyuruhku untuk tidak berangkat ke sekolah sebelum aku selesai mengerjakan tugas rumah karena kalau tidak selain aku tidak di izinkan untuk berangkat sekolah, aku pun tidak akan mendapat jatah sarapan pagi ku.

Setiap hari aku lalui hidup ku dengan kemarahan ibu. lama-kelamaan sikap ibu makin menjadi-jadi, ibu berani bermain kasar terhadap ku. suatu hari kepalaku pernah dibenturkan ke pinggiran tembok, dan tubuh ku di pukuli dengan kayu sampai memar hanya karena aku tidak menyelesaikan pekerjaan ku, karena aku tidak kuat lagi, badan ku sangat lemas dan letih ditambah lagi aku belum makan. Kakak ku hanya bisa melihat ku diperlakukan seperti itu oleh ibu tanpa ada yang mau menolongku.

Sudah 2 tahun aku diperlakukan seperti itu oleh ibu. Hari itu aku harus berangkat ke sekolah dan seperti biasanya aku harus menyelesaikan pekerjaan rumah dulu. Sesuai janji ibu, setelah aku menyelesaikan semua tugas ku, aku akan mendapatkan jatah sarapan pagi ku. setelah selesai semua pekerjaan ku, entah mengapa ibu mengingkari janjinya itu, alhasil aku harus makan makanan sisa kakak ku yang sudah dibuang ke tong sampah oleh ibu. Sebenarnya hal itu sudah biasa aku lakukan, aku selalu mendapatkan makanan sisa yang sudah dibuang ke tong sampah, sehingga aku harus mengorek-ngorek sampah untuk mendapatkan jatah makanan ku. Kamar ku pun telah di pindahkan oleh ibu ke dalam gudang yang berisi barang-barang bekas.

“ Aku kangen pada ayah, aku ingin sekali bertemu dengan ayah. Mengapa ayah tega meninggalakan ku sendiri disini bersam ibu yang terus menyiksa ku tiada henti.” Terbesit dalam pikiran ku untuk bertemu dengan ayah. Sampai sekarang aku pun tidak tahu apa alas an ibu yang terus memperlakukan aku seperti seperti itu. Mengapa hanya aku??

Di sekolah teman-teman ku juga sering mengejek ku. setiap aku masuk kelas, teman-teman ku selalu menutup hidungnya Karena tidak tahan dengan bau badan ku. ya, sudah hamper 2 tahun ini ibu tidak membelikan ku seragam baru beserta perlengkapan-perlengkapan sekolah lainnya. Sepatu ku saja sudah tidak layak dipakai lagi, aku saja bisa mengeluarkan dan menggerak-gerakkan jempol kaki ku karena sepatu ku yang sudah rusak. “Hai david, aku tidak tahan mencium bau badan mu itu!! Lebih baik kau keluar saja dari kelas ini!!.” Kata-kata itulah yang selalu aku dengar dari mulut teman-teman ku. ibu sering sekali dipanggil ke sekolah karena perilaku dan keadaan fisik ku yang dianggap ada yang mengganjil dalam diriku. Sehingga teman-teman dan guru-guruku tidak bisa mengenaliku seperti “david yang dulu.” Karena kesal dan tidak mau perilakunya diketahui oleh orang lain, sehabis dipanggil oleh pihak sekolah, ibu sering menyiksaku lebih parah dari sebelumnya. Aku pernah merasakn perutku ditusuk dengan pisau oleh ibuku, tubuhku dipukuli, muka ku disodorkan dengan kotoran sampai hidung ku mengeluarkan darah. Aku selalu berharap dan berdoa, ada orang yang mau menolong ku sehingga aku bisa mengakhiri penderitaan ku.

Beberapa bulan kemudian. Aku harus berangkat ke sekolah, sebelum barangkat aku harus menyelesaikan tugas ku dulu seperti biasanya. Hari ini ada ulangan matematika. Aku tidak boleh telat dating ke sekolah. Oleh karena itu aku harus cepat-cepat menyelesaikan tugas rumah ku. aku lari sekencang-kencangnya.untuk datang ke sekolah tepat pada waktunya. Bel berbunyi, tepat pada saat aku sampai ke sekolah. Hari ini aku tidak tahu akan ada pemeriksaan ke sehatan disekolah. Setelah ulangan selesai, satu persatu nama murid-murid di kelas ku di panggil. Kini giliran ku, sebenarnya aku ingin menghindari dari semua ini. Aku takut ibu memarahiku karena perbuatannya salama ini terhadapku. Perbuatan yang selama ini menyiksaku dan membuat tubuhku memar.

Aku masuk kedalam ruangan kesehatan. Di dalam ruangan terlihat sosok wanita yang begitu keibuan, dan ia sangat memperhatikan ku sehingga aku merasa nyaman. Ia menyuruhku berbaring, dan membuka baju ku untuk diperiksa, aku sempat menolak lalu ia berkata, “tidak apa-apa nak, saya hanya ingin periksa kesehatan mu saja.” Suaranya begitu lemah lembut, sehingga mengingatkan ku pada ibuku yang dulu. Ia melihat bekas memar-memar ditubuhku dan kepalaku. Sentuhan tangannya begitu hangat. Sudah lam aaku menginginkan sentuhan tangan ibu yang begitu lembut kepadaku. Dan sentuhan tangan itu berhenti pada bekas luka di perutku. Wanita itu menanyakan luka itu padaku. Aku hanya bisa diam. Tetapi wanita itu terus mendesak ku untuk menjawab pertanyaanya. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan kali ini . akhirnya aku menjawab bahwa semua ini adalah perbuatan ibu. aku berkata pada wanita itu jika ia sudah tahu yang sebenarnya jangan sampai ibu mengetahui ini semua karena ia akan menyikasa ku bahkan membunuh ku. Tetapi wanita itu hanya diam dan memeluk ku sangat erat sekali, setelah itu ia menyuruhku untuk keluar dari ruangan.

Tanpa sepengetahuan ku, wanita itu menelepon ibu untuk datang kesekolah dan menelepon polisi untuk menyampaikan semua kasus ku. setelah ibu dan wanita itu berbicara di dalam ruangan lalu polisi menangkap ibu, aku hanya bisa melihat ibu dibawa oleh polisi itu. Ibu sempat berbicara padaku “maafkan ibu nak, ibu sangat menyesal melakukan ini semua padamu, ibu sangat menyayangimu.” Kenapa baru sekarang ibu berbicara ini padaku. Maafkan aku ibu, aku telah melakukan ini padamu. Itu semua ku lakukan hanya ingin bertahan hidup tanpa adanya siksaan yang selama ini aku dapatkan darimu.

Akhirnya aku bertemu dengan ayah. Aku berkumpul dengan keluargaku tanpa adanya ibu. aku harus terus menjalani hidup. Aku harus membahagiakan ayah dan kakak ku. Aku harus menutup semua lembaran lamaku. Dan menjalani dengan semangat lembaran baruku.




Adaptasi dari novel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar