Laman

Kamis, 12 April 2012

Contoh Kasus Terapi Eksistensial

Nama: Rizkie Ayu Amalia
NPM: 13509427
Kelas: 3PA05

Ini adalah sebuah kasus tentang eksistensial yang menggambarkan perjuangan seorang wanita dengan kesadaran dan kebebasan serta tanggung jawab dan kecemasan yang dirasakannya ketika ia membuat keputusan-keputusan sehari-sehari yang menyangkut cara yang diinginkan dalam mengarungi kehidupannya.

Ia sekarang sering sekali menemukan dirinya bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan, siapa sesungguhnya dirinya dan bagaimana sesungguhnya perasaan yang dia rasakan. Emosi-emosi tidak mudah mucul, bahkan juga sekarang.perasaan-perasaan cinta dan benci adalah sesuatu yang baru baginya, dan sering sangat menakutkan. Sering ia menemukan kesulitan untuk bisa mendamaikan diri dengan fakta bahwa suatu saat ia bisa kehilangan orang-orang yang ia kasihi, tetapi kemudian ia menginginkan mereka pergi. Ketidakkonsistenan dan pertentangan antara kebergantungan dengan kemandirian ini setiap kali membuat ia bingung.id Kadang kala ia berpikir bahwa akan lebih baik jika ia secara emosional tetap mati seperti dulu. Setidaknya ia tidak merasa begitu skait. Akan tetapi, ia juga tahu jika demikian, ia pun tidak benar-benar hidup.

Ia mengaku bahwa hari ini ada seorang pria yang memeluknya, dan ia sejenak merasa sangat hangat dan nyaman. Ia menyukai perasaan itu, tetapi juga takut. Perasaan itu begitu asing bagi ia. Ia ingin menaruh kepercayaan, tetapi sangat sulit untuk melakukannya. Barangkali halite disebabkan oleh adanya unsure resiko yang tgerlibat dalam hubungan, dan ia tetap tidak mau mendengarkan dirinya menerima resiko itu. Ia khawatir apakah ia akan mampu mengatasi segenap luka dan kekecewaan masa lalu serta belajar hidup untuk hari ini.

Kadang-kadang, ketika ia merasa sepi dan kehilangan, ia mencoba membayangkan, apa jadinya jika ia tidak pernah menjalani konseling, jika ia tidak pernah memperoleh pemahaman diri seperti yang sekarang ia miliki. Atau apa jadinya jika ia secara ajaib bisa kembali ke tahap awal dari pertumbuhan emosional ketika ia merasa terancam, dan mampu menetap disana. Maka ia tidak akan melihat keindahan dunia nantinya, tidak akan mengetahui keberhasilan, juga tidak akan banyak memiliki kedamaian pikiran,tetapi ia akan merasa lebih aman.ia mengaku bahwa tekanan-tekanan yang dulumpernah ia rasakan tidak ada lagi dalam kehidupannya.

Fungsi dan peran terapis

Meskipun terapi eksistensial bukan merupakan metode tunggal, dikalangan terapis eksistensial dan humanistik ada kesepakatan menyangkut tugas-tugas dan tanggung jawab terapis. Menurut Buhler dan Allen, para ahlimpsikologi humanistik memilih orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut:

1. Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.

2. Menyadari peran dari tanggung jawab terapis.

3. Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.

4. Berorientasi pada pertumnuhan.

5. Menekankan keharrusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu oribadi yang menyeluruh.

6. Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tanagan klien.

7. Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya hidup dan pandangan humanistiknya tentangmanusia bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif positif.

8. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk menegmbangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.

9. Bekerja kearah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.

Sumber:

Buku “Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi” Gerald Corey